Jumat, 20 Juni 2008

A Good Story

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima
tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu
supermarket.Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat
sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung
dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu
nampak begitu indah,sehingga
Anisa sangat ingin memilikinya.

Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya,
sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji:
Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli.
Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-
renda yang cantik. Namun karena kalung itu sangat indah,
diberanikannya bertanya :
"Ibu,bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos
kaki yang tadi... " Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari
tangan Anisa.Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata
Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia
bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap
tidak konsisten...
"Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos
kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal
dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu
depan. Setuju ?" Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang
mengembalikan kaos kaki ke raknya."Terimakasih..., Ibu"
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya.
Menurutnya,kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa
secantik Ibunya.Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan
ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau
berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah,kalung itu akan rusak, dan
membuat lehernya menjadi hijau...
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita
pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah
cerita, Ayah bertanya "Anisa..., Anisa sayang ngga sama
Ayah ?" "Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda
dari nenek... ! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Anisa
sebelum keluar dari kamar Anisa.
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita,
Ayah bertanya lagi, "Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?".
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie
ini.." Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu
menemaninya bermain. Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk
kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya. Ketika
didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam.
Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir
bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
"Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?"
Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya
melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya " Kalau Ayah mau...
ambillah kalung Anisa"
Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil
Anisa.
Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang
satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya
dengan kalung yang sangat disayangi Anisa...
"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi
kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau"
Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk
menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.
Demikian pula halnya dengan ALLAH. Terkadang Dia meminta sesuatu
dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang
lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif
dari Anisa: Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat
berharga,dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan...
baik itu berupa barang/harta ataupun orang yang kita kasihi.

Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita HARUS yakin tidak
akan ALLAH mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya
dengan yang lebih baik.

Sumber: airputih.tk

Kamis, 19 Juni 2008

Belajar Mencintai

Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, Itulah kesempatan.
Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan, itu kesempatan.
Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan, Itupun adalah kesempatan.

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan. Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Itu adalah pilihan.

Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu Dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan.
Perasaan cinta, simpatik, tertarik, datang bagai kesempatan pada kita.
Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan.
Pilihan yang kita lakukan.

Berbicara tentang pasangan jiwa, ada suatu kutipan dari film yang mungkin sangat tepat :
“Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil”
Pasangan jiwa bisa benar-benar ada.
Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang
Yang diciptakan hanya untukmu.
Tetapi tetap berpulang padamu
Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak…

Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan.
Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.

Sumber: Henlia.com

Selasa, 17 Juni 2008

Doa untuk pasangan hidupku

Tuhanku...
Aku berdo'a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia

Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku
ketika aku berbuat salah
Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku
tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku
dalam setiap waktu dan situasi Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita
ketika aku di sisinya

Tuhanku... Aku tidak meminta seseorang yang sempurna
namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna

Tuhanku... Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu
sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku

Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat
dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu,
aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
"Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku
pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna."
Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah
Engkau tentukan Amin....
Bismillahirrahmaanirrahim
Ya Allah Seandainya telah Engkau catatkan....
Dia tercipta buat pasanganku....
Satukanlah hatinya dengan hatiku....
Titipkanlah kebahagiaan antara kami...
Agar kemesraan itu abadi....

Dan Ya Allah, Ya Rabb yang Maha Mengasihi...
Seiringkanlah kami melayani hidup ini...
Ketepian yang sejahtera dan abadi...

Tetapi ya Allah... Seandainya telah Engkau takdirkan...
Dia bukan pasangan yang engkau tetapkan...
Bawalah ia jauh dari pandanganku....
Luputkanlah ia dari ingatanku....
Dan peliharalah aku dari kekecewaan....

Serta ya Allah ya Rabb yang Maha Mengerti....
Berikanlah aku kekuatan...
Melontarkan bayangannya jauh ke dada langit...
Hilang bersama senja yang merah....
Agarku bisa bahagia...
Walaupun tanpa bersamanya...
Ya Rabb yang Tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang....
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah....
Walaupun tidak sama dengan dirinya....
Berikan yang lebih baik darinya....

Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMU...
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan...
Adalah yang terbaik buatku....
Karena Engkau Maha Mengetahui....
Segala yang terbaik buat hambaMu ini...

Ya Allah... Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku...
Didunia dan diakhirat...
Dengarkanlah rintihan dari hambaMu yang dhaif ini....
Jangan Engkau biarkan aku sendirian...

Didunia maupun di akhirat...
Jangan juruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran...
Maka karuniakanlah aku seorang pasangan yang beriman dan sholeh...
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup...
Kejalan yang Engkau ridhai...

Dan karuniakanlah padaku keturunan yang sholeh......
Yang memberi bobot kemuka bumi dengan kalimat Laailahailallah...
Amin ya rabbal'alamin...

Ya Rabb…. Jika tak tulus jiwaku….
Halangi segala hasratku untuk pandai dan mengerti kenyataan ini…
Namun jika Kau lihat cukup ketulusanku…
Anugerahi setetes ayat-Mu agar menjadi tindakanku…

Senin, 16 Juni 2008

Arti Cinta

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah.
Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang
berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.
Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam
tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan
bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru
membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan"
katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.
"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan
kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan
membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..."
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak
mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat
hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama.
Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas
dalam benak mereka masing-masing.
Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.
"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri.
Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3
halaman... Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari
suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir...
"Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya.
"Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali
melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.
"Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".
Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di
kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin
merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak
satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang..."
Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi
hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya... Ia menunduk dan
menangis...
Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati.
Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini
penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.
Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan
menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling
kita? Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu
melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

Senin, 09 Juni 2008

Semangkuk Mie

Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana
segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu
jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang. Saat
menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium
harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia
tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata
"Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?" " Ya, tetapi, aku tdk
membawa uang" jawab Ana dengan malu-malu

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik kedai. "Silahkan
duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana
segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada apa
nona?" Tanya si pemilik kedai.
"Tidak apa-apa" aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !
tetapi,? ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah
dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah" "Kau, seorang
yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu
kandungku sendiri" katanya kepada pemilik kedai

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan
berkata "Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku
hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak
bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak
berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya"

Ana, terhenyak mendengar hal tsb. "Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk
semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi
kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak
memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele,
aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera
pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs
diucapkan kpd ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya
dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama
yang keluar dari mulutnya adalah "Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku
telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan
akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang". Pada saat itu Ana tdk
dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain
disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.
Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua
kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup
kita.

*RENUNGAN:**
BAGAIMANAPUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN JASA ORANG TUA KITA. SERINGKALI KITA
MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES ALAMI YANG BIASA SAJA;
TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN ORANG TUA KITA ADALAH HADIAH PALING BERHARGA
YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR. PIKIRKANLAH HAL ITU?? APAKAH
KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANG TUA KITA?
HAI ANAK-ANAK, TAATILAH ORANG TUAMU DALAM SEGALA HAL, KARENA ITULAH YANG
INDAH DIDALAM TUHAN.*

Selasa, 20 Mei 2008

Toshinobu Kubota

Toshinobu Kubota, yang biasa dipanggil Shinji mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya di negerinya yang lama untuk mencari hidup yang lebih baik di Amerika. Ayahnya memberinya uang simpanan keluarga yang disembunyikan di dalam kantong kulit.
“Di sini keadaan sulit,” katanya sambil memeluk putranya dan mengucapkan selamat tinggal. “Kau adalah harapan kami.”
Shinji naik ke kapal lintas Atlantik yang menawarkan transport gratis bagi pemuda-pemuda yang mau bekerja sebagai penyekop batubara sebagai imbalan ongkos pelayaran selama sebulan. Kalau Shinji menemukan emas di Pegunungan Colorado , keluarganya akan menyusul.
Berbulan-bulan Shinji mengolah tanahnya tanpa kenal lelah. Urat emas yang tidak besar memberinya penghasilan yang pas-pasan namun teratur. Setiap hari ketika pulang ke pondoknya yang terdiri atas dua kamar, Shinji merindukan dan sangat ingin disambut oleh wanita yang dicintainya. Satu-satunya yang disesalinya ketika menerima tawaran untuk mengadu nasib ke Amerika adalah terpaksa meninggalkan Asaka. Maksudoya sebelum secara resmi punya kesempatan mendekati gadis itu. Sepanjang ingatannya, keluarga mereka sudah lama berteman dan selama itu pula diam-diam dia berharap bisa memperistri Asaka.
Rambut Asaka yang ikal panjang dan senyumnya yang menawan membuatnya menjadi putri Keluarga Yoshinori Matsutoya yang paling cantik. Shinji baru sempat duduk di sampingnya dalam acara perayaan pesta bunga dan mengarang alasan-alasan konyol untuk singgah di rumah gadis itu agar bisa betemu dengannya. Setiap malam sebelum tidur di kabinnya, Shinji ingin sekali membelai rambut Asaka yang pirang kemerahan dan memeluk gadis itu. Akhirnya, dia menyurati ayahnya, meminta bantuannya untuk mewujudkan impiannya.
Kira-kira setahun kemudian, sebuah telegram datang mengabarkan rencana untuk membuat hidup Shinji menjadi lengkap. Pak Yoshinori Matsutoya akan mengirimkan putrinya kepada Shinji di Amerika. Putrinya itu suka bekerja keras dan punya intuisi bisnis. Dia akan bekerja sama dengan Shinji selama setahun dan membantunya mengembangkan bisnis penambangan emas. Diharapkan, setelah setahun itu keluarganya akan mampu datang ke Amerika untuk menghadiri pernikahan mereka.
Hati Shinji sangat bahagia. Dia menghabiskan satu bulan berikutnya untuk mengubah pondoknya menjadi tempat tinggal yang nyaman. Dia membeli ranjang sederhana untuk tempat tidurnya di ruang duduk dan menata bekas tempat tidurnya agar pantas untuk seorang wanita. Gorden dari bekas karung goni yang menutupi kotornya jendela diganti dengan kain bermotif bunga dari bekas karung terigu. Di meja samping tempat tidur dia meletakkan wadah kaleng berisi bunga-bunga kering yang dipetiknya di padang rumput.
Akhirnya, tibalah hari yang sudah dinanti-nantikannya sepanjang hidup. Dengan tangan membawa seikat bunga daisy segar yang baru dipetik, dia pergi ke stasiun kereta api. Asap mengepul dan roda-roda berderit ketika kereta api mendekat lalu berhenti. Shinji melihat setiap jendela, mencari senyum dan rambut ikal Asaka.Jantungnya berdebar kencang penuh harap, kemudian tersentak karena kecewa.
Bukan Asaka, tetapi Yumi Matsutoya kakaknya, yang turun dari kereta api. Gadis itu berdiri malu-malu di depannya, matanya menunduk. Shinji hanya bisa memandang terpana. Kemudian, dengan tangan gemetar diulurkannya buket bunga itu kepada Yumi. “Selamat datang,” katanya lirih, matanya menatap nanar.
Senyum tipis menghias wajah Yumi yang tidak cantik.
“Aku senang ketika Ayah mengatakan kau ingin aku datang ke sini,” kata Yumi, sambil sekilas memandang mata Shinji sebelum cepat-cepat menunduk lagi.
“Aku akan mengurus bawaanmu,” kata Shinji dengan senyum terpaksa.
Bersama-sama mereka berjalan ke kereta kuda. Pak Matsutoya dan ayahnya benar. Yumi memang punya intuisi bisnis yang hebat. Sementara Shinji bekerja di tambang, dia bekerja di kantor. Di meja sederhana di sudut ruang duduk, dengan cermat Yumi mencatat semua kegiatan di tambang. Dalam waktu 6 bulan, asset mereka telah berlipat dua. Masakannya yang lezat dan senyumnya yang tenang menghiasi pondok itu dengan sentuhan ajaib seorang wanita.
Tetapi bukan wanita ini yang kuinginkan, keluh Shinji dalam hati, setiap malam sebelum tidur kecapekan di ruang duduk. Mengapa mereka mengirim Yumi? Akankah dia bisa bertemu lagi dengan Asaka? Apakah impian lamanya untuk memperistri Asaka harus dilupakannya? Setahun lamanya Yumi dan Shinji bekerja, bermain, dan tertawa bersama, tetapi tak pernah ada ungkapan cinta. Pernah sekali, Yumi mencium pipi Shinji sebelum masuk ke kamarnya. Pria itu hanya tersenyum canggung. Sejak itu, kelihatannya Yumi cukup puas dengan jalan-jalan berdua menjelajahi pegunungan atau dengan mengobrol di beranda setelah makan malam.
Pada suatu sore di musim semi, hujan deras mengguyur punggung bukit, membuat jalan masuk ke tambang mereka longsor. Dengan kesal Shinji mengisi karung-karung pasir dan meletakkannya sedemikan rupa untuk membelokkan arus air. Badannya lelah dan basah kuyup, tetapi tampaknya usahanya sia-sia.
Tiba-tiba Yumi muncul di sampingnya, memegangi karung goni yang terbuka. Shinji menyekop dan memasukkan pasir kedalamnya, kemudian dengan tenaga sekuat lelaki, Yumi melemparkan karung itu ke tumpukan lalu membuka karung lainnya. Berjam-jam mereka bekerja dengan kaki terbenam lumpur setinggi lutut, sampai hujan reda. Dengan berpegangan tangan mereka berjalan pulang ke pondok.
Sambil menikmati sup panas, Shinji mendesah, “Aku takkan dapat menyelamatkan tambang itu tanpa dirimu. Terima kasih, Yumi.”
“Sama-sama,” gadis itu menjawab sambil tersenyum tenang seperti biasa, lalu tanpa berkata-kata dia masuk ke kamarnya.
Beberapa hari kemudian, sebuah telegram datang mengabarkan bahwa Keluarga Matsutoya dan Keluarga Kubota akan tiba minggu berikutnya. Meskipun berusaha keras menutup-nutupinya, jantung Shinji kembali berdebar-debar seperti dulu karena harapan akan bertemu lagi dengan Asaka. Dia dan Yumi pergi ke stasiun kereta api. Mereka melihat keluarga mereka turun dari kereta api di ujung peron.
Ketika Asaka muncul, Yumi menoleh kepada Shinji. “Sambutlah dia,” katanya.
Dengan kaget, Shinji berkata tergagap, “Apa maksudmu?”
“Shinji, sudah lama aku tahu bahwa aku bukan putri Matsutoya yang kau inginkan. Aku memperhatikan bagaimana kau bercanda dengan Asaka dalam acara Perayaan pesta bunga lalu.” Dia mengangguk ke arah adiknya yang sedang menuruni tangga kereta. “Aku tahu bahwa dia, bukan aku, yang kauinginkan menjadi istrimu.”
“Tapi…”Yumi meletakkan jarinya pada bibir Shinji. “Ssstt,” bisiknya. “Aku mencintaimu, Shinji. Aku selalu mencintaimu. Karena itu, yang kuinginkan hanya melihatmu bahagia. Sambutlah adikku.”
Shinji mengambil tangan yumi dari wajahnya dan menggenggamnya. Ketika Yumi menengadah, untuk pertama kalinya Shinji melihat betapa cantiknya gadis itu. Dia ingat ketika mereka berjalan-jalan di padang rumput, ingat malam-malam tenang yang mereka nikmati di depan perapian, ingat ketika Yumi membantunya mengisi karung-karung pasir. Ketika itulah dia menyadari apa yang sebenarnya selama berbulan-bulan telah tidak diketahuinya.
“Tidak, Yumi. Engkaulah yang kuinginkan.” Shinji merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya dan mengecupnya dengan cinta yg tiba-tiba membuncah didalam dadanya.

Keluarga mereka berkerumun mengelilingi mereka dan berseru-seru, “Kami datang untuk menghadiri pernikahan kalian!”

Cinta dan Perkawinan

Cinta dan Perkawinan Menurut Plato
=========================================

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta"


Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"

Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)" Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"

Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"

Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan?

Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"

Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"

Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"


CATATAN - KECIL :

Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

______________________________________________________________

Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

Nasihat Sinclair Lewis

Sekelompok mahasiswa universitas minta dengan sangat kesediaan seorang novelis Sinclair Lewis untuk memberi ceramah kepada mereka.
Kepadanya dikatakan bahwa mereka semua ingin menjadi penulis. Lewis mulai dengan bertanya, "Siapa diantara kalian yang sungguh ingin menjadi penulis?" Semua menunjukkan jari. "Kalau demikian, tidak ada perlunya saya berbicara. Nasihat saya kepada kalian adalah:
pulang ke rumah dan menulis, menulis dan menulis ...."
Sambil berkata demikian, ia memasukkan kembali catatan-catatannya ke dalam saku dan meninggalkan ruangan.

Pendidikan seharusnya bukan merupakan persiapan untuk hidup:
pendidikan harus menjadi hidup itu sendiri.

Socrates dan syair

Socrates berada dalam penjara menunggu saat hukuman mati atas dirinya dilaksanakan. Pada suatu hari ia mendengar seorang kawan terpidana yang lain menyanyikan suatu syair yang sulit yang dikarang oleh penyair Stesikoros.
Socrates minta orang itu untuk mengajarkan syair itu kepadanya.
"Mengapa?" tanya si penyanyi.
"Supaya saya dapat mati setelah saya mengetahui satu hal baru lagi," jawab manusia mulia itu.
"Mengapa engkau mempelajari sesuatu yang baru seminggu sebelum engkau mati?"
"Dengan alasan yang persis sama seperti engkau mempelajari sesuatu yang baru lima puluh tahun sebelum engkau mati."

Kekuatan tanpa kekerasan

Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari
Mahatma Gandhi)

Waktu itu Arun masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua
disebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi,
di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika
selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki
tetangga. Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat
senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau
menonton bioskop.

Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota
untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira
dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya
memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu,
ayahnya juga minta untuk mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda,
seperti memperbaiki mobil di bengkel.

Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, "Ayah tunggu kau
disini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.".
Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya.

Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan
dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam
menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil
dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari
tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00.

Dengan gelisah ayahnya menanyakan Arun "Kenapa kau terlambat?".

Arun sangat malu untuk mengakui bahwa dia menonton film John Wayne
sehingga dia menjawab "Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus
menunggu". Padahal ternyata tanpa sepengetahuan Arun, ayahnya telah
menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayahnya tahu kalau Arun
berbohong.

Lalu Ayahnya berkata, "Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau
sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran
kepada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke
rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-
baik.".

Lalu, Ayahnya dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya mulai
berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan
jalanan sama sekali tidak rata. Arun tidak bisa meninggalkan ayahnya,
maka selama lima setengah jam, Arun mengendarai mobil pelan-pelan
dibelakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya
hanya karena kebodohan bodoh yang Arun lakukan.

Sejak itu Arun tidak pernah akan berbohong lagi.

Pernyataan Arun:
"Sering kali saya berpikir mengenai episode ini dan merasa heran.
Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak
kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai
tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman
itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu
tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa
kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Itulah kekuatan tanpa
kekerasan."